Jumat, 31 Desember 2010

Belajar dari Warna-Warni Lalu

Kenapa seseorang memiliki masa lalu hingga menjadi kenangan?

Kenapa masa lalu setiap orang tak selalu baik hingga meninggalkan aib?





Siang ini saya berkesempatan kuliah bersama mahasiswa 2008, anak-anak semester 5 yang nampak semangat 45’.

Kuliahnya menarik, bahkan saya merasa lebih bersemangat kuliah di tahun ini.

Saya sempat berpikir (sedikit menyesal tepatnya), kenapa saya harus kuliah semester ini.

Kenapa dua kali saya mendapat kesempatan kuliah mata kuliah ini saya sia-siakan dengan tak pernah masuk kuliah.

Coba kalo saya sudah mengambil kuliah ini dua tahun lalu, mungkin saat ini saya sudah ujian, imaginasi saya berputar.





Tak pernah bermaksud menyalahkan kesibukan saya kala itu.

Pilihan aktivitas di luar daripada duduk tenang di dalam kelas.

Sadar betul bahwa kesalahan ada pada menejemen saya yang buruk.





Pikiran saya kembali berputar, kenapa ya setiap orang memiliki masa lalu dan kenapa tidak semua orang memiliki masa lalu yang baik.

Tidak semua orang menjadi baik sejak lahir.

Tidak semua orang bersih sejak baligh.





Ada yang pernah nakal di masa kecilnya, bertindak sembrono di kala remaja atau bahkan tak tahu jalan ketika dewasa.

Ada fase kehidupan yang bukan putih, bisa saja hitam, abu-abu, biru, merah, hijau dan ungu.

Masa lalu.

Pernah saya meminta pada Tuhan agar menghapus ingatan saya pada salah satu fase dalam hidup yang tidak saya sukai.

Benar-benar berharap hilang ingatan pada babak-babak itu.





Kemudian saya berpikir ulang, apa jadinya jika saya tidak memiliki masa lalu, tidak memiliki aib.

Saya jelas bukan Muhamad saw yang ma’shum lagi rendah hati.

Dan jika saya tak memiliki masa lalu yang penuh keisengan itu bisa jadi-dengan mengukur diri saya- saya pasti akan menjadi orang yang sombong lagi angkuh.

Menjadi seseorang yang tak akan pernah bertoleransi kepada kesalahan orang lain.

Menjadi orang pertama yang menyalahkan ketika ada orang yang berbuat alpa.

Bagaimana lagi, saya manusia tanpa salah coy.

Bisa jadi itu sikap saya jika saya tak memiliki fase hidup yang warna-warni.





Tiba-tiba saja saya bersyukur pernah melewati warna-warna hidup selain putih.

Merasa diberi kesempatan untuk belajar dan memahaminya di fase selanjutnya.

Begitu juga dengan kuliah yang saya ambil di semester ini.

Saya sudah diberi dua kesempatan kuliah di tahun-tahun sebelumnya, tapi rupanya Alloh benar-benar baru mengijinkan saya mengikuti mata kuliah ini tahun ini, di semester sembilan.

Alloh benar-benar membuat hidup saya tak sempurna, Ia tak selalu mengabulkan semua keinginan saya namun Ia selalu memberikan dengan tepat apa yang saya butuhkan di waktu yang tepat.

Sungguh.

Tidak ada komentar: